Disabilitas Bukan Halangan! Mahasiswa Bikin Heboh Dunia Medis
Assistive Technology Partners – Disabilitas tak lagi halangan adalah kalimat yang kini bukan hanya sekadar slogan inspiratif. Sebuah temuan baru dari seorang mahasiswa teknik biomedis di Indonesia mengguncang dunia medis dan mengubah cara pandang banyak orang terhadap keterbatasan fisik. Di tengah dunia yang terus berkembang dengan teknologi, mahasiswa ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya justru bisa menjadi awal dari revolusi besar dalam bidang kesehatan dan rehabilitasi.
Adalah Iqbal Pradipta, mahasiswa semester akhir dari Universitas Teknologi Surya Nusantara, yang baru saja mempresentasikan temuannya di forum internasional Global Assistive Tech Summit 2025. Dengan latar belakang keluarga yang akrab dengan disabilitas, Iqbal menciptakan sebuah alat bantu revolusioner yang tak hanya membantu mobilitas tetapi juga memberikan otonomi lebih bagi para penyandang disabilitas.
Karya Iqbal adalah hasil dari perpaduan kecerdasan buatan dan teknologi sensor neurologis yang terintegrasi dalam alat bantu jalan. Teknologi ini memungkinkan alat membaca sinyal saraf mikro dari otot-otot pengguna yang bahkan telah mengalami gangguan fungsi motorik. Sinyal ini kemudian diterjemahkan menjadi gerakan mekanis melalui sistem aktuator canggih, memungkinkan pengguna melakukan gerakan seperti berdiri, berjalan, bahkan menaiki tangga.
Tidak seperti alat bantu konvensional yang hanya bersifat pasif, alat ini benar-benar responsive. “Saya ingin menciptakan perangkat yang bukan hanya membantu secara fisik, tapi juga secara psikologis membuat mereka merasa berdaya,” ujar Iqbal dalam sesi wawancaranya.
Baca Selengkapnya: IoT dan AI Mengoptimalkan Kinerja Farmasi Komunitas Saat Ini?
Forum-forum medis internasional dan komunitas teknologi bantu langsung memberikan atensi luar biasa. Banyak yang menyebut penemuan ini sebagai salah satu titik balik dalam inovasi teknologi kesehatan. Bahkan, beberapa perusahaan besar dari Jepang dan Jerman dikabarkan sedang menjajaki kemungkinan kerja sama untuk mengembangkan versi massalnya.
Pakar dari World Health Innovation Council menyebut inovasi ini sebagai “game changer” dalam bidang rehabilitasi pasien pasca-stroke dan penyandang kelumpuhan parsial. Uniknya, alat ini juga dilengkapi fitur learning AI yang bisa menyesuaikan gerakan berdasarkan kebutuhan pengguna dan membentuk pola bantu yang personal.
Ide besar ini lahir bukan dari ruang laboratorium, melainkan dari kehidupan nyata. Iqbal terinspirasi dari sang adik yang menderita cerebral palsy sejak kecil. “Melihat adik saya kesulitan melakukan hal sederhana seperti bangun dari duduk membuat saya ingin melakukan sesuatu. Saya percaya, disabilitas tak lagi halangan jika kita mau berinovasi,” katanya.
Kisah ini menjadi salah satu alasan mengapa proyeknya mendapatkan banyak dukungan, termasuk dari lembaga riset negara dan komunitas disabilitas nasional. Tak sedikit keluarga penyandang disabilitas yang mengaku terharu dan menaruh harapan besar terhadap alat ini.
Dalam uji coba awal yang melibatkan 10 partisipan dengan berbagai kondisi disabilitas motorik, hasilnya sangat menjanjikan. Sembilan dari sepuluh pengguna melaporkan peningkatan signifikan dalam kemandirian aktivitas sehari-hari seperti berpindah tempat duduk, berjalan singkat, bahkan berinteraksi sosial lebih percaya diri.
Partisipan juga menyebut alat ini terasa lebih ringan, intuitif, dan nyaman dibandingkan dengan eksoskeleton atau walker biasa. Bahkan seorang partisipan berusia 68 tahun menyatakan, “Saya tidak pernah menyangka bisa berjalan ke taman sendirian lagi. Rasanya seperti punya hidup baru.”
Setelah sukses dalam tahap prototipe, Iqbal bersama timnya tengah memasuki tahap sertifikasi dan penggalangan dana untuk produksi massal. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga menunjukkan ketertarikan untuk mendanai sebagian pengembangan ini melalui program StartUp Inovatif Kesehatan Nasional.
Tak hanya itu, beberapa rumah sakit rujukan nasional telah mendaftar untuk menjadi mitra uji coba versi lanjutan. Komunitas disabilitas pun ikut memberikan masukan agar alat ini bisa digunakan lebih luas dan disesuaikan dengan berbagai jenis kebutuhan mobilitas.
Penemuan ini tidak hanya menciptakan alat baru, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap disabilitas. Banyak yang mulai menyadari bahwa yang mereka butuhkan bukanlah belas kasihan, melainkan teknologi dan kesempatan yang memungkinkan mereka hidup mandiri.
Disabilitas tak lagi halangan bukan lagi kata motivasi, melainkan fakta nyata yang sedang berlangsung. Terobosan ini membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi jembatan menuju dunia yang lebih inklusif, setara, dan berdaya.
Kisah Iqbal dan alat ciptaannya menjadi sinyal kuat bahwa masa depan bagi penyandang disabilitas semakin cerah. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah, industri, dan masyarakat, temuan ini bisa menjangkau jutaan orang yang membutuhkan. Di tengah era teknologi canggih, tak ada alasan lagi untuk membiarkan siapa pun tertinggal
Assistive Technology Partners - Selama bertahun-tahun, anak disabilitas kerap menghadapi berbagai hambatan untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak. Dari keterbatasan…
Assistive Technology Partners - Dalam era ketika teknologi semakin berpihak pada inklusivitas, sebuah inovasi luar biasa muncul dari sebuah startup…
Assistive Technology Partners - Dunia kesehatan dan teknologi kini kembali memukau publik dengan terobosan terbarunya. Alat baru ini bantu tunarungu…
Assistive Technology Partners - Pada awal kemunculannya, alat ini dikira gimmick belaka. Banyak yang mencibir, menganggapnya sebagai teknologi pameran yang…
Assistive Technology Partners - Di balik inovasi alat bantu mobilitas modern, Hanya 1% yang Tahu! Fitur Rahasia Kursi Roda Cerdas…
Assistive Technology Partners - Alat bantu pendengaran sudah lama menjadi penopang kehidupan bagi banyak orang yang mengalami gangguan pendengaran. Namun,…