Ini Alasan 23 Juta Difabel di Indonesia Butuh Teknologi Asistif Sekarang Juga!
Assistive Technology Partners – Tahukah Anda bahwa lebih dari 23 juta penyandang disabilitas di Indonesia masih kesulitan mendapatkan akses ke teknologi asistif? Angka ini bukan hanya statistik biasa—ini adalah representasi nyata dari jutaan individu yang masih harus berjuang dalam aktivitas sehari-hari hanya karena keterbatasan akses terhadap alat bantu yang seharusnya bisa mereka miliki. Di balik angka ini tersimpan fakta-fakta mengejutkan yang membuka mata kita akan pentingnya teknologi asistif disabilitas Indonesia yang selama ini belum mendapat perhatian yang layak.
Bayangkan jika Anda harus bekerja, belajar, atau bahkan sekadar berjalan di lingkungan sekitar tanpa bantuan alat yang menunjang keterbatasan fisik atau sensorik. Itulah yang setiap hari dihadapi oleh jutaan warga negara kita. Dan yang lebih ironis, teknologi sudah tersedia—tapi tidak dapat dijangkau oleh mereka yang paling membutuhkannya.
Teknologi asistif bukan sekadar produk kesehatan. Ia adalah kunci kemerdekaan, produktivitas, dan harga diri bagi penyandang disabilitas. Mulai dari kursi roda pintar, alat bantu dengar, pembaca layar untuk tunanetra, hingga prostetik canggih—semua ini bukanlah “fasilitas mewah”, melainkan hak dasar.
Namun, fakta di lapangan sangat menyedihkan. Banyak penyandang disabilitas yang terpaksa menggunakan alat bantu yang tidak sesuai, sudah rusak, atau bahkan tidak memiliki sama sekali. Tidak sedikit pula yang bergantung pada donasi atau program sosial yang cakupannya terbatas.
Sementara itu, di negara lain, teknologi asistif telah menjadi bagian integral dari sistem kesehatan dan pendidikan. Di Indonesia, kesenjangan ini masih terlalu lebar. Ini bukan hanya soal teknis, tapi soal keberpihakan.
Salah satu hambatan terbesar adalah harga yang tidak terjangkau. Teknologi asistif disabilitas Indonesia sebagian besar masih bergantung pada produk impor dengan biaya tinggi. Belum lagi pajak dan biaya distribusi yang membuat harganya melambung. Sebagai contoh, satu unit alat bantu dengar digital berkualitas bisa setara dengan tiga bulan gaji UMR.
Masalah kedua adalah distribusi yang tidak merata. Masyarakat di daerah pedesaan atau luar pulau nyaris tak punya akses terhadap penyedia teknologi asistif. Ditambah lagi, kurangnya tenaga terlatih untuk melakukan penyesuaian dan pemeliharaan perangkat menyebabkan alat bantu yang sudah didapat pun sering terbengkalai.
Dan jangan lupakan stigma. Banyak penyandang disabilitas yang merasa malu atau tidak nyaman menggunakan alat bantu karena anggapan masyarakat yang masih diskriminatif. Padahal, justru alat-alat ini memungkinkan mereka untuk hidup lebih mandiri dan produktif.
Keterbatasan akses terhadap teknologi asistif disabilitas Indonesia tidak hanya merugikan penyandang disabilitas itu sendiri, tapi juga memberi dampak sistemik. Tingkat pengangguran lebih tinggi di kalangan difabel, angka partisipasi sekolah lebih rendah, dan beban sosial pada keluarga meningkat.
Secara ekonomi, Indonesia bisa kehilangan potensi kontribusi hingga triliunan rupiah karena tidak memaksimalkan partisipasi penyandang disabilitas. Jika saja alat bantu tersedia dan dapat dijangkau, para difabel dapat bekerja, berwirausaha, bahkan menciptakan lapangan kerja baru.
Lebih jauh lagi, akses yang minim terhadap teknologi asistif memperparah ketimpangan sosial dan memperlambat inklusi. Padahal Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas PBB, yang berarti negara berkewajiban menyediakan dan mempromosikan teknologi ini secara adil.
Tidak cukup hanya mengandalkan organisasi sosial atau inisiatif individu. Pemerintah, industri, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas harus bergerak bersama. Regulasi tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada alat kesehatan sebenarnya bisa jadi peluang, namun implementasinya masih lamban dan tak menyentuh kebutuhan disabilitas secara langsung.
Organisasi seperti Assistive Technology Partners menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor bisa menghasilkan dampak besar. Model seperti ini bisa diadopsi dan dikembangkan di Indonesia, dengan dukungan kebijakan afirmatif dan insentif bagi produsen lokal.
Berbagai startup lokal mulai merancang teknologi asistif yang inovatif dan lebih terjangkau, namun mereka butuh dukungan finansial dan pasar yang berpihak. Selain itu, pengembangan tenaga profesional seperti ahli ortotik prostetik, terapis okupasi, dan teknisi alat bantu masih sangat minim.
Platform daring juga bisa menjadi solusi untuk menjembatani informasi dan penyaluran alat bantu, terutama di wilayah yang jauh dari pusat layanan. Digitalisasi layanan dan integrasi dengan BPJS Kesehatan pun bisa membuka jalan bagi akses yang lebih luas dan sistematis.
Teknologi asistif disabilitas Indonesia tidak boleh lagi menjadi wacana semata. Saatnya memperlakukannya sebagai kebutuhan mendasar dan hak setiap warga negara. Pemerintah perlu mempercepat program strategis nasional yang menyasar pengadaan alat bantu dan pemberdayaan difabel secara menyeluruh.
Masyarakat pun punya peran. Dengan mengubah cara pandang terhadap penyandang disabilitas dan mendukung produk teknologi asistif lokal, kita bisa menjadi bagian dari gerakan besar menuju masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Kini Anda tahu alasannya: mengapa 23 juta penyandang disabilitas di Indonesia begitu membutuhkan teknologi asistif saat ini juga. Bukan hanya untuk memperbaiki kualitas hidup mereka, tapi juga untuk mendorong kemajuan bangsa secara menyeluruh. Jika hari ini kita tidak bertindak, maka jutaan suara akan terus terabaikan, dan potensi besar itu akan tetap terkubur.
Jangan tunggu sampai besok. Jadilah bagian dari perubahan sekarang. Karena teknologi bukan hanya untuk mereka yang bisa berjalan, melihat, atau mendengar dengan sempurna—tetapi untuk semua.
Assistive Technology Partners - Di tengah kemajuan pesat dunia teknologi medis, sebuah alat kesehatan terhubung digital baru-baru ini mencuri perhatian…
Assistive Technology Partners - Dunia teknologi kembali menggebrak dengan inovasi terbarunya: robot pendamping difabel yang diklaim mampu menggantikan sebagian besar…
Assistive Technology Partners - Bagi banyak orang, disabilitas sering kali dianggap sebagai penghalang besar dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas yang biasa…
Assistive Technology Partners - Penyandang disabilitas sering kali menghadapi tantangan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dari aksesibilitas yang terbatas hingga…
Assistive Technology Partners - Pendidikan inklusif semakin menjadi prioritas global dalam mewujudkan kesetaraan bagi semua kalangan, khususnya penyandang disabilitas. Tahun…
Assistive Technology Partners - Pernahkah Anda membayangkan bagaimana teknologi bantu mengubah hidup seseorang yang semula terbatas menjadi luar biasa mandiri?…