
Assistive Technology Partners – Sistem kontrol kursi roda menggunakan sensor gerakan mata mulai diadopsi luas sebagai solusi mobilitas bagi penyandang disabilitas yang kesulitan menggerakkan tangan atau tubuh bagian atas.
Penerapan sistem kontrol kursi roda berbasis gerakan mata menjawab kebutuhan pengguna yang tidak lagi mampu mengoperasikan joystick konvensional. Teknologi ini memanfaatkan pergerakan bola mata sebagai sinyal perintah untuk maju, mundur, berbelok, atau berhenti. Karena itu, pendekatan ini memberi alternatif yang lebih inklusif dibanding sistem mekanik tradisional.
Sistem kontrol kursi roda jenis ini sangat relevan bagi penderita cedera tulang belakang berat, ALS, distrofi otot, serta kondisi neurologis lain. Selain itu, solusi ini membantu mengurangi ketergantungan pada pendamping karena pengguna bisa mengarahkan kursi roda hanya dengan gerakan mata yang minimal.
Secara teknis, sistem kontrol kursi roda menggunakan sensor gerakan mata bergantung pada akuisisi dan pemrosesan sinyal optik dari area mata. Sensor infra merah atau kamera resolusi tinggi mendeteksi posisi pupil dan kelopak. Setelah itu, algoritma pengolahan citra menerjemahkan pola gerakan menjadi perintah kontrol.
Pada sebagian besar rancangan, zona pandang layar atau bidang virtual dibagi menjadi beberapa area. Sementara itu, setiap area mewakili fungsi tertentu seperti maju, kiri, kanan, atau berhenti. Ketika pengguna menatap satu area selama waktu tertentu, sistem kontrol kursi roda mengeksekusi perintah sesuai zona yang dipilih.
Untuk menghasilkan kinerja stabil, sistem kontrol kursi roda berbasis mata memerlukan beberapa komponen penting. Pertama, modul sensor mata yang mampu merekam posisi pupil dengan presisi tinggi, baik dalam kondisi cahaya rendah maupun terang. Kedua, unit mikrokontroler atau komputer mini yang mengolah data sensor menjadi sinyal kontrol motor.
Selain itu, modul penggerak motor (motor driver) menghubungkan sinyal logika dengan motor kursi roda. Di sisi lain, diperlukan antarmuka pengguna sederhana, misalnya tampilan visual atau indikator LED, untuk memberi umpan balik arah gerak. Akibatnya, pengguna dapat mengetahui apakah sistem kontrol kursi roda merespons perintah dengan benar.
Kalibrasi menjadi tahap penting sebelum sistem kontrol kursi roda dipakai harian. Pada langkah ini, pengguna diminta menatap titik tertentu pada layar atau penanda di ruang fisik. Sistem merekam karakteristik unik pergerakan mata setiap individu, termasuk kecepatan dan batas sudut pandang.
Setelah kalibrasi, perangkat lunak membuat peta gerakan mata yang sesuai dengan posisi kepala dan postur pengguna di kursi roda. Meski begitu, kalibrasi dapat diulang bila posisi duduk berubah signifikan. Dengan demikian, sistem kontrol kursi roda tetap akurat meski pengguna mengalami perubahan kondisi fisik atau sudut pandang.
Aspek keamanan menjadi prioritas utama dalam pengembangan sistem kontrol kursi roda jenis apa pun. Pada sistem berbasis sensor mata, pengembang biasanya menambahkan beberapa lapis pengaman. Misalnya, perintah gerak hanya dieksekusi jika pandangan tertahan di satu titik selama durasi minimum tertentu.
Namun, kedipan mata, gerakan refleks, atau perubahan cahaya tiba-tiba bisa mengganggu pembacaan sensor. Karena itu, filter perangkat lunak dan logika validasi digunakan untuk membedakan gerakan sengaja dan gerakan spontan. Sementara itu, tombol darurat atau mode manual cadangan dapat dipasang agar keluarga atau caregiver bisa mengambil alih kontrol bila diperlukan.
Perkembangan sistem kontrol kursi roda tidak berdiri sendiri. Banyak rancangan terkini yang menggabungkan kontrol mata dengan teknologi bantu lain, seperti perintah suara atau sakelar sentuh minimal. Akibatnya, pengguna memiliki lebih dari satu opsi kendali sehingga mobilitas tetap terjaga ketika salah satu metode terganggu.
Read More: Overview of modern assistive mobility and communication technologies
Integrasi ini juga memungkinkan sistem kontrol kursi roda terhubung dengan perangkat pintar di rumah. Misalnya, pengguna dapat mengendalikan pintu otomatis, lampu, atau tempat tidur rumah sakit melalui antarmuka yang sama. Selain itu, rekaman data gerakan dapat dianalisis tenaga kesehatan untuk memantau perkembangan kondisi pengguna.
Meskipun potensial, sistem kontrol kursi roda berbasis gerakan mata menghadapi beberapa tantangan teknis. Salah satunya adalah kestabilan pembacaan sensor ketika kursi roda bergerak di permukaan tidak rata. Getaran bisa membuat posisi kamera berubah dan mengacaukan interpretasi arah pandangan.
Di sisi lain, pengguna dengan gangguan penglihatan atau nistagmus memerlukan penyesuaian algoritma yang lebih kompleks. Selain itu, kacamata, lensa kontak, atau pantulan cahaya dari jendela dapat memengaruhi kualitas citra. Oleh karena itu, pengembang perlu melakukan pengujian intensif di berbagai lingkungan untuk memastikan sistem kontrol kursi roda tetap andal.
Penerapan sistem kontrol kursi roda berbasis sensor gerakan mata membawa dampak besar bagi kemandirian hidup. Pengguna yang sebelumnya sepenuhnya bergantung pada orang lain dapat kembali mengatur arah gerak sendiri. Sistem kontrol kursi roda ini bukan hanya soal teknologi, namun juga menyentuh aspek harga diri dan kepercayaan diri.
Selain itu, keluarga dan caregiver memperoleh beban fisik yang lebih ringan karena tidak harus selalu mendorong kursi roda. Meski begitu, proses adaptasi membutuhkan pelatihan singkat agar pengguna merasa nyaman. Dengan dukungan psikososial yang tepat, pemanfaatan sistem kontrol kursi roda dapat memperbaiki kualitas hidup secara menyeluruh.
Ke depan, pengembangan sistem kontrol kursi roda berpotensi memanfaatkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi. Algoritma pembelajaran mesin dapat mempelajari pola unik tiap pengguna dan menyesuaikan sensitivitas secara otomatis. Karena itu, sistem kontrol kursi roda akan menjadi semakin personal dan responsif.
Penelitian lain fokus pada pengurangan ukuran perangkat, efisiensi daya, dan penurunan biaya produksi agar lebih terjangkau. Bahkan, kolaborasi antara peneliti, industri, dan komunitas disabilitas penting untuk memastikan rancangan benar-benar sesuai kebutuhan nyata. Dengan langkah terarah, sistem kontrol kursi roda menggunakan sensor gerakan mata berpeluang menjadi standar baru teknologi mobilitas asistif.
Assistive Technology Partners - Organisasi komunitas semakin penting dalam mendorong inklusi lewat peran edukasi teknologi bantu bagi difabel dan lansia.…
Assistive Technology Partners menyoroti pemanfaatan teknologi edukasi hambatan belajar yang kini membantu banyak anak memahami materi pelajaran dengan cara lebih…
Assistive Technology Partners menghadirkan model layanan inklusif kampus melalui pengembangan pusat teknologi bantu khusus bagi mahasiswa disabilitas. Konsep Model Layanan…
Assistive Technology Partners alat bantu pembelajaran digital untuk siswa disabilitas kini menjadi faktor kunci peningkatan akses dan kualitas belajar. Pentingnya…
Assistive Technology Partners kursi roda lipat ultra-ringan kini menjadi fokus utama rekomendasi alat bantu mobilitas 2025 berkat kombinasi bobot ringan…
Assistive Technology Partners pemanfaatan terapi musik digital rehabilitasi kini semakin meluas sebagai metode pendukung pemulihan pasien disabilitas yang membutuhkan pendekatan…