Tetra Society: 300 Relawan, 5.000 Alat Bantu Khusus—Ternyata Bisa di Indonesia Juga!
Assistive Technology Partners – Di balik banyaknya keterbatasan fisik yang dialami para penyandang disabilitas, hadir secercah harapan dari sebuah organisasi internasional bernama Tetra Society of North America. Dengan kekuatan lebih dari 300 relawan insinyur dan teknisi, organisasi ini telah berhasil menciptakan lebih dari 5.000 alat bantu khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan unik masing-masing individu. Dan yang mengejutkan: model sukses mereka ternyata sangat mungkin diterapkan di Indonesia!
Organisasi ini bukan sekadar lembaga donasi atau yayasan sosial biasa. Mereka mengembangkan perangkat fungsional dan sangat personal, mulai dari pengubah joystick kursi roda, pegangan sendok dengan sensor gerak, hingga alat bantu olahraga dan pekerjaan rumah tangga. Semua alat dirancang oleh para profesional—secara sukarela!
Di tengah keterbatasan penyediaan alat bantu khusus di Indonesia, muncul pertanyaan besar: apakah pendekatan dari Tetra Society ini bisa diadaptasi dan diterapkan di tanah air? Jawabannya sangat mungkin—dan justru sekarang adalah waktu terbaik untuk mewujudkannya.
Fokus utama Tetra Society adalah menciptakan teknologi bantu untuk disabilitas yang personalized. Artinya, setiap alat tidak dibuat massal, melainkan dirancang khusus mengikuti kebutuhan si pengguna.
Ketika seseorang dengan disabilitas membutuhkan alat bantu tertentu—yang belum tersedia di pasaran—Tetra Society menugaskan seorang relawan insinyur untuk mendesain solusi dari nol. Biasanya, proses ini melibatkan kunjungan langsung, konsultasi berkala, hingga uji coba lapangan sebelum produk digunakan sehari-hari.
Kegiatan ini umumnya dilakukan di Kanada dan beberapa wilayah Amerika Serikat. Namun prinsipnya sangat aplikatif, bahkan lebih dari cukup untuk diadopsi di Indonesia, apalagi melihat komunitas relawan dan teknisi yang berkembang pesat di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Makassar.
Di Indonesia, keterjangkauan dan ketersediaan alat bantu untuk penyandang disabilitas masih menjadi tantangan besar. Alat yang ada sering kali mahal, diproduksi massal, dan tidak sesuai dengan kebutuhan spesifik pengguna.
Padahal, menurut data BPS dan Kemenkes, lebih dari 10 juta penyandang disabilitas di Indonesia memerlukan dukungan teknologi bantu. Namun, hanya sebagian kecil yang memiliki akses terhadap alat bantu berkualitas dan sesuai kebutuhan.
Bayangkan jika kita bisa menghadirkan model Tetra Society ke dalam konteks lokal. Kolaborasi antara mahasiswa teknik, komunitas maker, dan relawan sosial bisa menciptakan solusi alat bantu yang murah, berkualitas, dan sepenuhnya terpersonalisasi.
Salah satu kesalahpahaman umum adalah menganggap bahwa teknologi bantu itu mahal dan rumit. Namun para relawan di Tetra Society membuktikan sebaliknya.
Dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti PVC, besi ringan, dan sensor bekas dari perangkat elektronik, mereka bisa merancang alat yang tahan lama dan fungsional. Dalam banyak kasus, biaya produksi per alat bahkan tidak lebih dari 100 ribu rupiah!
Indonesia punya banyak potensi untuk membuat hal serupa. Mahasiswa teknik di kampus-kampus ternama sudah sering membuat alat prototipe inovatif. Komunitas seperti maker space dan hacker space juga aktif mengembangkan teknologi terbuka. Yang dibutuhkan hanya satu hal: wadah kolaboratif dengan pendekatan sosial seperti yang dilakukan Tetra Society.
Saat ini, Tetra Society tengah membuka peluang kerja sama dengan berbagai negara berkembang. Mereka secara aktif membagikan dokumentasi desain alat bantu yang telah mereka buat—dan semuanya bisa diakses secara gratis!
Bayangkan jika organisasi lokal atau kampus di Indonesia memanfaatkan dokumentasi ini untuk mereplikasi dan memodifikasi alat bantu. Maka, ribuan penyandang disabilitas di pelosok negeri bisa merasakan dampaknya secara langsung tanpa harus menunggu alat bantu impor yang mahal dan tidak sesuai kebutuhan.
Lebih jauh lagi, Indonesia bahkan bisa menjadi pionir dalam menciptakan versi lokal dari Tetra Society yang tidak hanya membantu dalam negeri, tapi juga menyumbang inovasi bagi Asia Tenggara.
Kini saatnya mengubah cara kita memandang teknologi bantu untuk disabilitas. Bukan lagi sebagai barang mewah atau ‘proyek donasi’, tapi sebagai bagian dari revolusi sosial berbasis komunitas, ilmu pengetahuan, dan empati.
Tetra Society telah membuktikan bahwa dengan 300 relawan saja, mereka bisa mengubah hidup ribuan orang. Jika Indonesia mampu menghadirkan gerakan serupa dengan sumber daya lokal yang melimpah, tidak ada alasan kita tidak bisa menciptakan dampak yang sama—atau bahkan lebih besar.
Kini tinggal menunggu siapa yang akan menjadi pelopornya. Apakah Anda salah satunya?
Dengan meniru model sukses Tetra Society dan menyesuaikannya dalam konteks Indonesia, kita bisa menciptakan gerakan nyata. Tidak hanya untuk penyandang disabilitas, tapi juga bagi masyarakat umum agar lebih sadar dan berdaya.
Inisiatif seperti ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang inklusi, kolaborasi, dan keadilan sosial. Saatnya Indonesia membuktikan bahwa kita mampu merancang masa depan yang lebih baik—untuk semua orang, tanpa kecuali.
Assistive Technology Partners - Di tengah kemajuan pesat dunia teknologi medis, sebuah alat kesehatan terhubung digital baru-baru ini mencuri perhatian…
Assistive Technology Partners - Dunia teknologi kembali menggebrak dengan inovasi terbarunya: robot pendamping difabel yang diklaim mampu menggantikan sebagian besar…
Assistive Technology Partners - Bagi banyak orang, disabilitas sering kali dianggap sebagai penghalang besar dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas yang biasa…
Assistive Technology Partners - Penyandang disabilitas sering kali menghadapi tantangan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dari aksesibilitas yang terbatas hingga…
Assistive Technology Partners - Pendidikan inklusif semakin menjadi prioritas global dalam mewujudkan kesetaraan bagi semua kalangan, khususnya penyandang disabilitas. Tahun…
Assistive Technology Partners - Pernahkah Anda membayangkan bagaimana teknologi bantu mengubah hidup seseorang yang semula terbatas menjadi luar biasa mandiri?…